Minggu, 06 Juni 2010

Efektifitas Foging


Netsains.Com – Musim hujan telah tiba, banjir pun tak terelakkan. Demam Berdarah, diare, dan penyakit musim hujan lainnya menghantui kita. Akan tetapi yang (selalu) menjadi perhatian kita selama ini adalah DBD, dari sumber Depkes menyebutkan “Penyakit ini telah mengganggu manusia sejak zaman dahulu dan terus berlanjut menghantui 40% penduduk dunia ini, setidaknya sudah menginfeksi lebih dari 500 juta jiwa per tahun dan menyebabkan lebih dari 1 juta jiwa meninggal”. Sungguh data yang mengerikan, bukan?
Maka dari itu sangatlah dianjurkan melakukan tindakan 3M (Menguras, Menutup, Mengubur) untuk memotong siklus kehidupan nyamuk dengan Pembasmian Sarang Nyamuk (PSN). Mudah, tapi kita selalu menganggap enteng perilaku tersebut. Seakan-akan kita lebih senang mengobati daripada “mencegah”.
Lantas, bagaimana dengan penggunaan fogging? Sejauh ini, menurut saya, tidak efektif. Daerah yang dilakukan pengasapan hanya aman dari gigitan nyamuk kurang dari 4 hari. Walaupun selama kurun waktu 4 hari itu kita aman dari kehadiran nyamuk, sebenarnya ada bahaya lainnya yang mengancam. Yaitu bahan fogging itu sendiri. Bayangkan saja bahan yang digunakan adalah air, mitan atau solar atau oli, bahkan di tambah insektisida. Kita tahu bahwa solar mengandung senyawa belerang yang dapat membahayakan kesehatan. Sementara itu, bentuk kabut asap dapat dibuat dengan cara melakukan proses pembakaran yang tidak sempurna dari bahan-bahan tadi. Hasil yang dominan dari proses ini adalah gas karbon monoksida (CO). Nah, gas CO ini sendiri apabila terhisap ke dalam paru-paru akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang akan dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun metabolisme, yakni ikut bereaksi dengan darah. Sedangkan insektisidanya pun, jelas membahayakan kesehatan tubuh kita. Entah itu orang yang melakukan pengasapan maupun orang-orang yang terpapar asap. Sementara itu, secara teknis pada proses pengasapan yang seringkali dilakukan kurang tepat. Bagaimana tidak, mereka justru mengasapi got-got, air taman, dll. Sedangkan nyamuk Aedes sendiri sukanya hidup di air bersih.
Akan tetapi, tujuan fogging itu sendiri tak ubahnya seperti placebo. Yakni hanya memberikan ketenangan psikologis semata. Inilah yang menjadikan kita memiliki persepsi yang salah mengenai fogging. Dan menjadi lagu lama bagi pemerintah untuk “menenangkan” masyarakat akan ancaman DBD, hal ini pulalah yang menjadi suatu indikator gagalnya kepemimpinan. Pemberantasan DBD menjadi tanggung jawab kita bersama, dimulai dari informasi dan pemahaman yang tepat mengenai DBD. Tumbuhkan kepedulian anda, bukan pada diri semata tapi juga lingkungan sekitar.
foto:thestar.com.my

 Tentang Penulis: Riefka Aulia

Riefka Aulia Riefka Aulia, mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat (fokus studi Kesehatan Lingkungan) Universitas ... Selengkapnya »
Keenan Nasution, Fariz RM, Neno Warisman, Andi Meriam Matalata ~ Nuansa Bening

width="250" allowscriptaccess="always">

Get more songs & code at www.stafaband.info